Pemkot Makassar Ingatkan Risiko Gagdet, Belum Puncaknya!
MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Pemerintah Kota Makassar kembali mengundang perwakilan warga dari berbagai kecamatan untuk menghadiri sosialiasi di Hotel Golden Tulip Essensial, Sabtu (2/3/2024).
Sosialisasi terkait pentingnya peran orang tua dalam pengasuhan anak di era globalisasi dan digitalisasi itu digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar.
Salah satu narasumber dari Yayasan BaKTI, Andi Nurlela, menyebut bahwa semua orang tua saat ini umumnya berhadapan dengan masalah gadget.
Faktanya, kata Nurlela, banyak anak yang ‘terlahir dengan gadget‘.
“Kami penelitian itu bahkan ada yang anaknya tidur, diayun bersama gadget. Tidak bisa dia lepas. Bayangkanki‘,” ucapnya.
Hasilnya, lanjut Nurlela, anak anak menjadi lebih individualis dan cenderung tantrum jika tidak diberi gadget.
Anak anak zaman sekarang dinilainya sudah menjadikan gadget sebagai taman bermain, bukan lagi di halaman atau di lapangan lapangan.
“Dari riset, ternyata yang paling banyak menggunakan internet dan aktif menggunakan media sosial saat ini adalah usia anak,” ungkap dosen Unhas tersebut.
Meski banyak manfaat dari gadget, seperti mudahnya komunikasi dan informasi, bisnis, dan proses pembelajaran, Nurlela mengingatkan banyaknya potensi risiko yang perlu diwaspadai.
Potensi risiko tersebut berupa rawannya anak, bahkan orang dewasa untuk terpapar konten pornografi, kekerasan, hoax, kecanduan, gangguan kesehatan dan kepribadian, cyberbullying, cybercrime, dan bocornya data pribadi.
“Ini baru beranjak era digital. Belum lagi kalau di puncakmi. Betapa banyaknya nanti korban anak, baik itu kejahatan seksual, kejahatan biasa, kriminal, dan sebagainya,” tandasnya.
Narasumber lainnya, Sumarni B. Jufri (Pemerhati Perempuan dan Anak), menekankan pentingnya komunikasi efektif dalam keluarga, termasuk orang tua dengan anaknya.
Poinnya, tutur Sumarni, pertama ada pada kemampuan berbicara.
“Orang tua berbicara pada anak dengan sopan, jelas, memperhatikan dengan baik saat anak bicara, menciptakan obrolan yang nyaman, dan tukar pendapat sehingga komunikasi jadi dinamis dan seimbang,” jelasnya.
Kedua, lanjutnya, adalah kemampuan mendengarkan. Orang tua diimbau untuk memperhatikan saat anak berbicara.
Sumarni menganggap masih banyak orang tua saat dibicarai anaknya, malah sibuk main HP, pasang status, dan lain lain.
“Boleh jadi ada masa psikologi yang harus kita perhatikan dari gestur tubuhnya saat dia bicara. Dia bicara, kita tidak dengar. Akhirnya dia bicara ke temannya,” ujarnya.
Ia menambahkan, kemampuan mendengarkan lainnya adalah dengan sesekali kontak mata atau kontak fisik (merangkul pundak atau memegang tangan),” tukasnya.
sumber : https://edunews.id/dp3a-makassar/pemkot-makassar-ingatkan-risiko-gagdet-belum-puncaknya/
Tinggalkan komentar