OPD, Guru, dan Stakeholder di Makassar Ikuti Pelatihan Konvensi Hak Anak
MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Sejumlah perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), guru, dan stakeholder lainnya di Kota Makassar mengikuti Pelatihan Konvensi Hak Anak (KHA). Senin (18/9/2023).
Pelatihan digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar di Hotel Royal Bay.
OPD yang dihadirkan mulai dari tingkat kota, kecamatan, hingga kelurahan. Hadir pula para pengurus Shelter Warga.
Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak DPPPA, Amirai, menyampaikan kegiatan ini merupakan bagian dari Kota Layak Anak.
Makassar, katanya, sudah meraih predikat Kota Layak Anak kategori Nindya.
“Di antara semua indikator penilaian Kota Layak Anak, OPD Bapak Ibu itu terlibat. Termasuk sekolah, mesjid, forum anak, semua,” ujarnya.
Ia pun berterima kasih kepada semua pihak yang selalu mendukung Makassar menjadi Layak Anak.
Adapun pelatihan ini menghadirkan 2 narasumber, yakni Andi Ratna (Eks Sekretaris DPPPA Makassar) dan Yasmain Gasba (Dinas Pendidikan Kota Makassar).
Ratna menjelaskan, banyak hal yang mempengaruhi kualitas hidup anak, termasuk kemiskinan, kesehatan, lingkungan hidup, dan pola asuh orang tua.
“Masalah anak itu sangat rumit. Tiga faktor terberat adalah pendidikan, kesehatan, dan orang tua,” jelasnya.
Hal ini lantas menjadi tantangan besar sehingga diperlukan pendampingan yang tepat.
“Kita perlu saling melihat antar OPD, kerjasama membuat program untuk Kota Layak Anak,” pesannya.
Senada, Yasmain menegaskan bahwa persoalan anak tidak dapat dikerjakan sendiri sendiri.
Apalagi di era yang sangat kompleks dan penuh disrupsi teknologi seperti sekarang.
Tantangannya, ujar Yasmain, adalah bagaimana perbaikan dimulai dari para orang tua dan pendidik terlebih dahulu.
“Bicara Konvensi Hak Anak, bukan anaknya yang harus kita fokus, tapi bagaimana peran kita,” tuturnya.
Dirinya memaparkan, segala yang diberikan pada anak akan terserap oleh seluruh indranya hingga alam bawah sadar.
Apa yang diberikan orang tua, sambungnya, akan menentukan bagaimana nantinya anak akan bekerja untuk masa depan.
“Makanya harus ramai ramai bekerja. Tugas kita membentuk karakter anak. Tapi tidak bisa dibentuk kalau kita sendiri tidak punya karakter yang baik,” tandasnya.
Salah satu yang disarankan Yasmain adalah sekolah ramah anak, di mana seluruh support system bekerja menghasilkan lingkungan terbaik bagi anak.
Komponen Sekolah Ramah Anak (SRA), meliputi kebijakan SRA, pendidik dan Tendik terlatih, proses belajar serta sarana prasarana yang ramah, adanya partisipasi anak, serta partisipasi multisektor.
“Partisipasi multisektor itu lah kita semua. That’s the point! tidak bisa sendiri sendiri,” pungkasnya.
Gagasan terkait sekolah ramah anak pun ramai ditanggapi oleh peserta pelatihan, baik itu dari kalangan guru, maupun OPD yang hadir.
Tinggalkan komentar